Selasa, 18 September 2007

Mancing Dengan “Gado-gado” !

Kisah

Anda pernah makan gado-gado? Makanan yang terdiri dari kangkung, toge, kacang panjang, tempe goreng dan tahu yang direbus. Untuk menambah kenikmatan diberi sambal kacang. Rasanya, hemm… nikmat banget. Soal enaknya makanan gado-gado sudah tidak diragukan. Di sini saya enggak mau bahas soal makanan, namun saya akan bercerita bagaimana enaknya mancing bersama tim gado-gado di Kabupaten Pesisir Selatan - Sumatera Barat.

Entah siapa yang pertama kali memberi nama tim gado-gado yang terdiri dari Dr. Ir. Yuwono Kolopaking, Sulaeman, Adrianus Bratanata dan Dandung, tidaklah terlalu jelas. Yang jelas, tim ini memang unik dalam spesialis mancingnya bagaikan gado-gado. Pak Yuwono, yang juga merupakan Ketua Umum Formasi lebih senang dengan mancing dasar yang sifatnya santai dan fun. Lain lagi Pak Sulaiman yang gemar menjahit umpan dan gemar trolling dengan bait yang di-rigging-nya sendiri. Bukan hanya itu saja, Pak Sulaeman juga gemar trolling menggunakan kenur-kenur kecil. Sementara itu Adrianus dan Dandung yang umur masih muda lebih menyukai mancing dengan teknik popping dan jigging.

Bayangkan saja cara dan kegemaran mancing mereka itu jelas berbeda-beda tapi uniknya mereka mau bersatu membentuk satu tim untuk bertarung di Pessel Fishing Tournament yang berlangsung 15 – 16 Desember 2007 lalu. Aneh tapi nyata, buktinya mereka sangat terlihat kompak saat mengikuti turnamen. Bahkan kekompakannya ini membuat tim gado-gado menjadi tim yang nikmat dan indah. “Tim ini seperti gado-gado khan masing-masing punya spesialis sendiri namun ketika dimakan enak. Jadi begitulah tim gado-gado ini,” tutur Adrianus menjelang keberangkatan menyusuri lautan Sumatera Barat. Kisah

Sambil menunggu acara pembukaan turnamen, pagi itu tim Gado-gado melakukan segala persiapan di atas kapal. Seduhan kopi kocok yaitu kopi yang ditaruh didalam botol air mineral yang dibeli di warung nelayan menambah hangatnya pembicaraan kami. Belum lagi Pak Yuwono mengeluarkan makanan ringan membuat acara bincang-bincang menunggu waktu start di atas kapal menjadi seru. Canda tawa kami ternyata menjadi perhatian beberapa mania, sebab satu persatu mania mancing ikut nimbrung ngobrol dan bercanda tawa di kapal kami untuk menikmati seduhan kopi kocok.

Saat panitia mengumumkan saatnya dimulainya turnamen, kapal nelayan penangkap tuna yang kami tumpangi pun pelahan meninggalkan dermaga Pelabuhan Pesisir Selatan – Sumbar. Laut tidak berombak bahkan cenderung plat bagikan kaca. Teduhnya dan birunya lautan di Pessel di dukung dengan pelannya kapal nelayan yang kami tumpangi membuat anggota tim gado-gado terkantuk-kantuk. “Pak arahkan kapal mendekat pulau. Kita popping di sana,” kata Adrianus kepada kapten kapal.

Setelah sampai di dekat batu karang di pulau Adrianus dan Dandung mulai berpopping ria. Jorang panjang dengan ril yang isi kenur PE dan di ujung disambung popper pun mulai diayun mereka. Popper mereka bagaikan ikan-ikan sekarat menelusuri celah-celah batu karang. KisahMeski mereka sudah bercucuran mengeluarkan keringat namun tidak ada sambaran ikan sama sekali akhirnya kedua mania pun menyerah. Setelah menggempur batu karang dengan popper tiada hasil kini giliran Pak Sulaeman unjuk gigi. Ikan tongkol yang dijahitnya selama dalam perjalanan pun turunkan sebagai umpan trolling. “Arahkan kapal agak ke sisi luar Pulau! Cari lokasi yang ada tubriran atau karang luas,” kata Sulaeman memberikan komando pada kapten. Troling menggunakan ikan-ikan jahit merupakan keahlian Pak Sulaeman. Saat trolling ia memilih duduk di belakang sambil mengawasi umpannya. Sementara Adrianus, Dandung dan Pak Yuwono memilih duduk di depan sambil berbincang-bincang.

Sudah dua jam namun umpan trolling tidak kunjung di makan. Kami sudah berusaha mencari tanda-tanda alam seperti kerumunan burung namun kami tidak menemukan. Melihat gelagat yang kurang menguntungkan kami berdialog dengan kapten agar membawa kami ke karang luas atau rumpon. Tidak lama kemudian kapal melewati karang luas. Di sinilah kapten kapal memelankan kapalnya. Di spot inilah Adrinus, dan Dandung mengeluarkan perangkat popping. Sementara Pak Yuwono dan Pak Sulaeman lebih senang mengeluarkan perangkat jiggingnya. Adrianus dan Dandung mengambil posisi di ujung kapal langsung memainkan jorannya, sementara di belakang Pak Yuwono dan Pak Sulaeman berjigging ria. Adrianus dan Dandung benar-benar tidak mengenal lelah dalam menggempur permukaan air dengan popper. Jika Adrianus begitu gencar tidak dengan Pak Yuwono dan Pak Sulaeman cenderung santai dalam memainkan perangkat jiggingnya. Usaha yang pantang menyerah yang dilakukan oleh Adrinaus ternyata membuahkan hasil.

Poppernya yang melenggak-lenggok di permukaan air disambar ikan kuwe gerong alias giant trevally (GT). Slop… slop…Byuuuuurr, begitulah suara popper yang tersambar ikan.

Seketika joran carpenter melengkung menahan beban. Dengan semangat yang menyala-nyala Adrianus segara memutar ril Shimano Stella 20000-nya. Di dalam air terlihat bagaimana seekor ikan GT terus memberontak dn berusaha melepaskan diri. KisahGT itu terus memiringkan badan dan berenang melingkar dan meronta-ronta. Sayangnya tenaga Adrianus lebih kuat dari pada ikan sehingga dalam beberapa menit ikan GT berhasil diganco oleh abk kapal. “Lumayan dapat satu GT. Paling tidak trip kali tidak kosong,” kata Adrianus sembari tersenyum. Usai mendapat GT, Pak Sulaiman segera memasang umpan jahit untuk mulai trolling menuju ke rumpon di tengah laut. Sambil menunggu sambaran, siang itu kami membuka bekal nasi dengan rendang. “Ini rendang ikan tuna, tadi pagi Ibu Bupati Painan mengasih saya bekal rendang ikan tuna untuk makan siang di laut,” kata Pak Yuwono menawari semuanya yang di atas kapal untuk makan bersama. Makan bersama di atas kapal nelayan dengan nasi rendang menambah trip mancing kali benar-benar mengesankan. Usai makan siang, kapal melewati karang dalam yang bisa dilihat dari kapal karena lautnya jernih. “Lihat di bawah banyak ikan. Kita mancing di sini saja,” teriak Dandung sambil menunjuk ke bawah air. Benar saja pada saat itu ada ribuan ikan lemadang. Melihat hal itu Pak Yuwono segera mengeluarkan alat jiggingnya. Adrianus dan Dandung tetap konsisten mancing popping sedangkan Pak Sulaeman lebih memilih memancing dasar dengan tongkol. Kali ini benar-benar klop dengan namanya tim gado-gado, karena ada yang popping, jigging, trolling dan bottom fishing.

Semua ada yang persis makanan gado-gado. Sayangnya meski ikan melimpah ruah namun nampaknya tidak ada yang tertarik memakan umpan pancingan. KisahHal yang sama juga terjadi di rumpon, pada hal dari atas kapal kami melihat ribuan ikan lemadang. Sayangnya trip mancing bersam tim gado-gado tidak full seperti tim-tim lain yang lebih cenderung menginap di laut. Tim yang diketui oleh Pak Yuwono lebih siang itu lebih cenderung bersantai pulang dan istirahat. “Umur 72 tahun seperti saya, bisa pergi ke laut itu sebuah anugerah. Kalo dapat ikan itu bagaikan bonus. Jadi tim gado-gado sudah dapat bonus dengan mendapat satu ikan GT ya kita pulang saja deh,” kata pak Yuwono sembari tersenyum dan kapal pun balik menuju ke dermaga Pessel. Santai dan menikmati hidup itulah yang didapat dalam trip mancing bersama gado-gado. Suasana begini tidak bisa ditemukan di tim-tim lainnya, beruntung saya bisa mencicipi mancing bersama tim gado-gado.

Tidak ada komentar: